Indah pada Asalnya







   Di pagi yang penuh kabut dan terasa dingin saya mengendarai motor roda dua sendirian, dengan tujuan ke Pasar Terapung kota yang terletak dekat dengan Menara Pandang atau Tandean. Dengan maksud dan tujuan untuk mengerjakan Tugas dari kampus. Sesampainya saya di Siring saya harus memakirkan motor saya dulu seblum beranjak ke tempat Pasar terpung yang terletak di bibir sungai Martapura. Terlihat banyaknya penjual dan pengunjung yang di sekitar siring, yang di jual bermacam-macam mulai dari aksesoris, makanan, mainan, bermacam buah dan lain-lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terlihat juga pengunjung yang datang mulai dari anak-anak sampai orang tua beserta keluarganya juga ingin melihat dan berbelanja sambil jalan-jalan untuk menghabisakan waktu minggu pagi mereka untuk bersenang-senang.


  Saya pun berjalan-jalan sambil memperhatikan orang di sekitar saya, sambil lihat-lihat cewek yang cantik biar ngantuk saya cepat hilang dan menjadi semangat. Tiba lah saya tepat di pasar terapung kota tersebut, saya ingin memulai wawancara kepada penjual yang berada di atas Jukung (Perahu atau Sampan), saya lihat dulu penjual yag berpotensi aga bisa di aja bicara dan tentunya lagi tidak sibuk melayani pembeli. Saya pun menemukan penjual yang bisa di jadikan lawan bicara saya, pertama saya minta ijin dulu sama ibunya untuk minta waktunya sebentar buat wawancara, ibunya pun memperbolehkan “tapi harus beli buah-buah dulu” kata ibu Penjual buah. Saya pun hanya tersenyum mengiyakan dalam hati.



  Nama beliau adalah Ibu Rusnah yang telah berusia 38 tahun yang berasal dari Lok Baintan, yang dimana asal mula pasar terapung salah satunya berasal dari daerah Lok Baintan yang biasa di kenal orang dengan Floating Market. Ibu Rusnah memiliki 2 orang Putra dan masing-masing sudah kerja. Untuk bahan-bahan yang dijual ibu Rusnah tidak memetik dari pohon asal buah akan tetapi beliau membelinya dari pengepul buah baru buah yang di beli dari pengepul di jual di pasar terapung. Untuk lokasi berjualan setiap Sabtu dan Minggu Ibu Rusnah berjualan di Siring Tengah kota dan selain Sabtu dan Minggu beliau berjualan di tempat asal yaitu Lok Baintan. Kalo di siring Ibu Rusnah datang jam 4 sore pada hari Sabtu sampai minggu jam 12 siang baru pualng dengan di tarik dengan sebuah perahu besar. Saya pikir cukup untuk wawancaranya karena saya tidak ingin menggangu beliau untuk meneruskan jual dagangannya, tapi sebelum beranjak pergi saya musti cicipi limau dulu kalo manis beli, dan ternyata masin akhirnya saya beli limau tersebut dengan harga Rp.5000,- dapat 12 biji limau segar, cukup murah bagi saya dengan limau yang manis ini. Dengan membawa 1 kantong limau saya pamit dan mengucapkan terima kasih kepada ibu Rusnah. 




 Perjalanan pun saya lanjutkan mencari target yang kedua, saya lihat lagi dan saya menemukan seorang bapa yang berpotensi untuk di wawancarai karena bapa tersebut tidak jual buah-buahan melian kan tanaman buah yang beliau jual. Saya tertarik dan mulai berbicara seperti sebelumnya, Nama bapa adalah bapa Ridwan usia 68 tahun mantan sukarelawan Trikora, yang ikut dalam perang melawan Malaysia dulu dan melawan para PKI pada waktu dulu, kata bapa Ridwan sambil mengeluarkan kertas piagam yang bertanda tangankan Presiden Soeharto pada tahun 1967. Bapa yang bertempat tinggal di Sungai Jingah, yang kerjanya selain jualan tanaman juga setiap hari jualan beras serta bikin kue. Dan setiap minggu beliau jualan di siring datang jam setangah 7 dan pulang jam 11 siang. Tanaman yang di jual antara lain Tanaman buah-buahan, tanaman Lidah Buaya, tanaman Sirih Merah dan Tanaman kembang melati serta mawar. Menurut bapa Ridwan kehadiran Pasar Terapung di tengah kota tepatnya di siring sungai
Martapura, sangat bagus dimana orang tidak perlu jauh-jauh untuk melihat pasar terapung yang mungkin tidak sebagus disana. Tapi yang di jual hampir sama dan bisa di datangi hanya berjalan kaki. Mungkin cukup wawancaranya untuk bapa Ridwan, sebelum saya pergi, saya mau foto dulu bapa sambil memegang kertas piagam dan tanaman yang di jual. Terima kasih bapa Ridawan atas waktunya.




Saya berjalan lagi dan bertemu dengan teman satu kelas di kampus, dan kami berencana untuk manaiki Kelotok (Perahu yang beratap), saya oun mengiyakan, sebelum naik kita harus beli tiketnya dulu di tempat pembelian tiket yang tidak jauh dari Kelotok, harga tiket Rp. 7500,- / orang 1 kali naik. Kami pun naik di atas kelotok bersama beberapa anak kecil dan orang-orang dewasa. Saya tanya-tanya sama Nahkoda kapal yang sedang menyetir Kelotok tersebut. Nama Paman Kelotok, Hadi Ahar, usia 50 tahun asli orang kalteng dan sekarang tinggal di Banjarmasin daerah Teluk Tiram. Penumpang kelotok yang ramai biasanya pada Sore hari di hari sabtu dan Pagi di hari minggu. Kalau kelotok punya sendiri dan penghasilan dai kelotok di bagi 80% untuk pemilik kelotok dan 20% utuk penjual Tiket per- 1 kali jalan kelotok. Bekerja di dunia kelotok serta sungai sudah hampir 25 tahun yang pastinya sudah merasakan suka duka dalam kelotok.

Perjalanan pada saat kita diatas kelotok cukup lama bisa-bisa memakan waktu -+ 30 menit, lumayan cukup untuk menikmati wisata sungai Banjarmasin sambil melihat Banjarmasin dari sungai dengan biaya Rp.7500,- tidak terlalu mahal.



   Selain itu warung di makanan sop serta soto Banjar juga ada di pasar terapung siring yang biasa di sebut orang Bahari (dulu) Robong, yang artinya kelotok yang beratap dan di dalamnya berjualan makan-makanan seperti kue khas Banjarmasin, minum-minuman, Sop, Soto Banjar dan lain-lain. Dimana pada saat makan disana kita akan merasakan getaran ombak kecil yang tenang dan bisa langsung melihat pemadangan sungai dari jendela kelotok Robong sambil menikmati hidangan khas Banjar.



  Disana anda juga dapat menikmati alunan-alunan musik khas Banjarmasin yang biasa disebut dengan Musik Panting, dimana alat-alatnya terdiri dari Babun (alat gendang), Panting (di petik), Gong (di pukul), Biola dan lain-lain yang dapat membuat musik yang indah dan nyaman di dengar. Yang asiknya lagi pengunjung juga bisa ikut bernyanyi di atas panggung dan harus menyanyikan lagu Banjar. Kehadiran musik panting menambah atmosfer betapa serunya tempat tersebut dimana kita jalan-jalan sambil belanja dan bisa mendengarkan musik ala Banjarmasin.

Walapun pun sekarang Banjarmasin sedang menalami bencana kabut, terlihat foto-foto yang saya tampilkan tadi terlihat kabut tipis yang mungkin bisa saja menyebabkan penyakit ISPA, tapi kami selagi kita masyarakat Banjarmasin mengharapkan kabut asapnya akan hilang secepatnya, agar masyarakat Banjarmasin bisa selalu sehat dan juga bisa ikut berpartisipasi untuk kemajuan budaya di seluruh Indonesia terutama di Kalimantan Selatan.

Mungkin itu saja cerita yang dapat saya ceritakan sesuai apa yang saya jalani, mohon maaf jika ada kata-kata yang saya tulis ini salah dalam pengeejaan atau penyebutan kata, karena saya manusia yang tak pernah luput dari salah dan khilaf.







Penulis cerita perjalanan  M.Azmi Arif
      



6 komentar:

  1. Sedikit banyak terharu sama pak Ridwan, beliau pasti bangga banget menjadi sukarelawan Trikora, untuk perang melawan Malaysia dan PKI waktu dulu, sampe ngeluarin piagam segala. Ada ttd pak Presiden Soeharto lagi.. :'(

    Sebenarnya agak gak yambung komentar beginian, biardah..

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya pa Ridwan sangat bangga sampai2 piagam tu dibawa terus kemana bapa pergi.

      haha ngga papa, masih bisa di terima lah wkwk

      Hapus
  2. aku tau tuh mi bapa yg namanya pak ridwan (walaupun baru tau nama bapaknya disini) soalnya sekitar 2 bulan lalu waktu balik ke bjm aku jalan ke pasar terapung buat bikin video2 iseng ttg pasar terapung dan bapanay masuk di dlm videoku haha tp sampai sekarang videonya blm rampung2 soalnya blm sempat te edit haha..tp gara2 baca postingan ini jadi semangat hndk meedit video semalam whehhe

    udah naik sekarang yah naik kelotok disitu...kemaren aku waktu naik cuma 5 ribu tok, oalaah jadi rindu sungai nya banjarmasin dehhh

    BalasHapus
    Balasan
    1. ohh tau juga kh lawan bapanya hehe, kelarin dong videonya ky mau lihat dan penasaran kya gimana sih videonya, semangat edit ki lahh hihi

      mungkin karena banyak pengunjung dan tampilan tiketnya sekarang agak beda jadinya naik dehh -_-

      Hapus
  3. pasar terapung itu jadi inget iklan RCTI hehe,,
    pengen deh nyobain belanja ke pasar terapung, oh ya kalo boleh tau, kalo misalkan kita mau belanja di pasar terapung kita harus naik perahu dulu apa emang perahu nya ada di pinggir pantai

    BalasHapus
    Balasan
    1. nenek yang bilang RCTI OKE!!!! sambil ngangkat jempol itu kan whahaa, jadi kangen juga nih..

      kapan2 kesini lah jalan2 hehe, jadi gini pasar terapung ada 3 tempat, 1 di antaranya di tengah kota yang baru di bikin oleh pemerintah bisa di tempuh hanya dengan jalan kaki dan 2 lagi di tempat aslinya di lok baintan sama kuin transportasi kesana kita harus melewati sungai menggunakan kelotok (Perahu).

      Hapus

 

Pengikut